Saturday, July 02, 2005

The Passing of a Panembahan - Mempawah - Kalimantan Barat


Mangkatnya almarhum Drs H Jimmy Mochamad Ibrahim bin Taufik Akamaddin (73 tahun) yang bergelar Panembahan XII Keraton Amantubillah Mempawah, Senin (25/7) kemarin dimakamkan secara kebesaran adat keraton di pemakaman raja-raja setempat. Please refer "Pontianak Post" August 7.


Drs H Jimmy Mochammad Ibrahim bin Taufik Akamaddin (73 years old) passed away on Monday 25 July, 2005 following a long illness.

He was the Panembahan XII of
Keraton Amantubillah Mempawah.

3 comments:

pandanwangie said...

Selasa, 26 Juli 2005
Amantubillah Keperisitirahatan Terakhir

(Extracted from Pontianak Post 7 August 2005).

Ratusan Pelayat Antar Penembahan XII


Mempawah,- Mangkatnya almarhum Drs H Jimmy Mochamad Ibrahim bin Taufik Akamaddin (73 tahun) yang bergelar Panembahan XII Keraton Amantubillah Mempawah, Senin (25/7) kemarin dimakamkan secara kebesaran adat keraton di pemakaman raja-raja setempat.

Almarhum, putra kelahiran Mempawah 2 Februari 1932 atau 73 tahun silam, meninggalkan satu istri Ny Liliek Harmini Ibrahim dan empat anak. Dua laki-laki adalah Drs Agus Muharso Taufiek M.Si (48 tahun), DR Mardan Adijaya (45 tahun), dua orang putri adalah Titien Lestari (40 tahun) dan Padmi Januarni (33 tahun), empat orang menantu serta tujuh orang cucu.

Kabar mangkatnya Penembahan Jimmy Ibrahim, Senin (25/7) pukul 06.45 WIB, menyentak keheningan Keraton Amantubuillah Mempawah. Kendatipun memang banyak sanak keluarga dan famili mengetahui kondisi kesehatan almarhum memang sudah uzur.

Almarhum oleh pihak keluarga disebutkan memang sudah lama menderita sakit karena usia tua. Jenazah almarhum selanjutnya oleh pihak keluarga dibawa ke komplek Keraton Amantubillah Mempawah untuk dikapankan, dimandikan, disembahyangkan dan dikebumikan.

Keberangkatan jenazah dari Pontianak ke Mempawah, mendapat pengawalan khusus dari Pemerintah Provinsi Kalbar. Maklum, semasa hidupnya almarhum pernah menduduki jabatan sebagai penting dalam pemerintahan Provinsi Kalbar.

Semasa hidupnya almarhum dikenal sebagai orang yang menerapkan disiplin dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Pernah menjadi Direktur APDB/STPDN tahun 1968, anggota MPR RI Utusan Daerah tahun 1973, sebagai asisten I Setda Kalbar tahun 1991, Sekwilda Kalbar terhitung 20 September 1983 dan dipercaya sebagai wakil Gubernur Kalbar mendampingi H Soejiman mulai 1 Januari 1988.

Ratusan pelayat dari berbagai kalangan sejak pagi hingga siang sudah berdatangan untuk melayat. Dengan sabar, para pelayat menunggu kedatangan jenazah dari Pontianak di Keraton Amantubillah. Selain Bupati dan Ny Agus Salim, Wakil Bupati Abang Rasmansyah, Ketua DPRD Rahmad Satria dan anggota, Kapolres Pontianak, Dandim 1201 MPH, para asisten, para kepala instansi Pempov dan Pemkab Pontianak. Termasuk pemuka agama tokoh masyarakat serta tampak juga hadir.

Pemerintah Kabupaten, bahkan menunda rapat gabungan eksekutif legislatif untuk memberikan kesempatan memberikan penghormatan terakhir kepada almahum. Usai shalat Zhuhur, jenazah tiba di keratin dan disemayamkan di ruang tengah guna memberikan kesempatan kepada pelayat untuk memberikan penghormatan maupun doa terakhir kepada almahum.

Selanjutnya, oleh pihak keluarga keraton, jenazah dimandikan dan dikapankan. Sambil menunggu kedatangan H Usman Ja'far, Gubernur Kalbar pembacaan surah yasin terus dikumandangkan para pelayat. Terlihat pula hadir utusan dari Pemkot Pontianak, Pemkot Singkawang, Bengkayang, utusan dari beberapa keratin. Putra kedua almarhum, DR Mardan Adijaya Kusuma Ibrahim yang Panembahan XIII Keraton Amantubillah Mempawah, melayani para pelayat yang menyampaikan rasa duka cita. Karangan bunga ucapan berbelasungkawa datang dari Bupati Kabupaten Pontianak Agus Salim, Pemkot Singkawang, Pemda Bengkayang, Dinas Pariwisata, Kebudayaan Pemuda dan Olahraga, Keluarga Besar Istanah Mukaramah Sintang, Kodim 1201 MPH, Dishutbun, alumni APDN/STPDN Kabupaten Pontianak dan Kalbar, Dispenda Kalbar, Kapolres Pontianak anggota serta bhayangkari, dewan pengurus Korpri Kalbar Drs H Hendri Usman,

Shalat jenazah dan doa pemakaman dipimpin KH Zainal Arifin Achmad, ketua MUI Kabupaten Pontianak bersama H Sood H Usman. Pemakaman jenazah Panembahan XII dikomplek makam raja-raja selesai dilaksanakan pukul 15.30 WIB. Malam harinya dilaksanakan acara tahlilan, pembacayan surah yasin dan pengajian. (ham)

pandanwangie said...

The 12 th Panembahan of Mempawah was the monarch of W.-Kalaimantan,who had the highest function in modern time before.
From 1988-1991 he was vice-governor of West-Kalimantan.Some time ago he had a stroke.He could be present to give the dignity to his 2nd son in august 2002 ,but then his health deteriorated very fast.
May his soul rest in peace in the protection of the Loving God.

pandanwangie said...

The former Panembahan has a foster-brother in Holland:Mister R.L. Ten Haaft from Warmenhuizen.
His father was Controleur(governing official of a district)in f.i. West-Kalimantan before WW II.Then the father of the Panembahan;the then ruling Panembahan Muhammad Taufik Akamaddin(1901-1944)decided it would be good to let the crownprince and his younger brother Prince Feisal live and his schoolwork controlled in the house of an official of the Dutch East-Indish Government in Pontianak(who f.i. was also Controleur in the Principality of WK Landak):Mr. Ten Haaft.A son of the Controleur was about the same age and from then on the young princes were regarded by f.i. the son as his fosterbrothers.They had later in life some contact.
Because of the death of his father in 2005 he couldn't be present at the funeral of the Panembahan in july 2005.His biggest wish is now to go to Mempawah and give the last respect ;also to the in 1998 died brother of the Panembahan.Also of course to pay respect to the present Panembahan/Pangeran Ratu of Mempawah.