Sejak ditasbihkan menjadi provinsi, daerah ini menjadi sebuah kawasan yang banyak menjadi perhatian orang. Tidak saja karena pembentukannya yang boleh dibilang unik, tetapi juga karena eksistensi daeah ini dalam percaturan pembangunan nantinya. Salah satunya terkait dengan pengembangan seni dan budaya.
Sebagai sebuah kawasan yang terkenal dengan kekentalan budaya Melayu dan apalagi daerah ini juga dikenal sebagai pusat kerajaan Melayu Riau - Lingga, tentu pembangunan seni dan budaya merupakan sebuah prioritas yang harus menjadi perhatian legislatif dan eksekutif di sini.
Artinya, proses pembangunan infrastruktur di Kepri harus beriringan dengan pembangunan dalam pengembangan seni dan budaya. ?'Makanya, kita perlu mencari format bagaimana pengembangan seni dan budaya di Kepulauan Riau ke depan,'' kata ketua pelaksana senimar sehari BAF 2004, Aswandi Syahri, didampingi Sekretaris panitia, Hendri Anak Rahman.
Seminar yang bertajuk Mencari Format Pengembangan Seni Budaya Kepulauan Riau ke depan itu, akan dilaksanakan Selasa (30/11) mendatang di Gedung Niram Dewa, sebelah Gedung Daerah, Tanjungpinang. ?'Dari seminar ini kita akan membuat rekomendasi kepada pemerintah provinsi, apa yang akan dilakukan untuk membangun seni budaya Kepri ke depan,'' jelas Aswandi.
Makanya, untuk melihat strategi apa yang akan dilaksanakan untuk membangun seni budaya dalam masyarakat pluralistik ini, panitia menghadirkan pembicara yang memiliki kredibiltas yang tidak diragukan lagi. Presiden Penyair Sastrawan Perdana Sutardji Calzoum Bachri akan menjadi pembicara dalam seminar itu.
Di samping itu, hadir pula seorang budayawan yang sangat paham dengan kehidupan Raja Ali Haji dan sejarah yang melingkupi kerajaan Riau Lingga, Al azhar. Panitia juga mengundang Prof Dr Hasanuddin WS, Mhum seorang pakar budaya Melayu. Untuk penyeimbang, panitia juga mengundang seorang pemerhati perkembangan seni budaya Melayu dari dosen Filsafat Universitas Indonesia, Tommy F Awuy.
Menjadikan Penyengat sebagai pusat peradaban Melayu, merupakan salah satu rekomendasi yang dihasilkan saat Musyawarah Seniman Daerah (Musenda) se-Provinsi Kepri yang dilaksanakan di hotel Goodway, Agustus lalu. Rekomendasi itulah, yang dalam seminar ini lebih dipertajam, sehingga bisa dilanjutkan sebagai rekomendasi dari hasil pelaksaan BAF.
?'Ada beberapa poin yang dihasilkan dalam Musenda se-Kepri lalu, salah satunya menjadikan Pulau Penyengat sebagai pusat peradaban Melayu ke depan. Rekomendasi lainnya, menyurati Walikota/Buapati se-Kepri supaya mengalokasikan anggaran untuk pengembangan seni dan budaya,'' kata Ketua Musenda se Kepri yang juga Sekretaris Umum Dewan Kesenian Provinsi Kepri (DKPK) Hendri Anak Rahman.
Seperti dijelaskan Aswandi, sebelum seminar dilaksanakan, seluruh peserta terlebih dahulu diajak untuk ziarah budaya ke Pulau Penyengat. Maksudnya supaya peserta memiliki gambaran terkini, bagaimana Penyengat hari ini dan apa yang akan dilakukan ke depan terhadap pulau mas kawin sultan Riau Lingga kepada Engku Putri Raja Hamida itu.
Seminar yang dimotori Al azhar itu, lebih bersifat interaktif, karena pembicara tidak hanya sebagai penyaji makalah, tetapi juga meresap persoalan yang disampaikan peserta, dan dibahas, sehingga melahirkan format yang baik dalam mengusung seni dan budaya di daerah yang sekarang sudah sangat pluralistik ini.
Bahkan ide-ide Gubernur Provinsi Kepri, Ismeth Abdullah bagaimana membangun Pulau Penyengat khususnya akan didedah oleh panelis, dan kemudian dibuatkan beberapa poin apa yang harus dilakukan untuk mewujudkan ide tersebut.
?'Kita berusaha bagaimana membuat diskusi ini menjadi hidup dan direspon oleh peserta, sebab bentuk diskusi yang dilaksanakan ini boleh dibilang unik, karena peserta sebelum diskusi diajak dulu melihat sejarah intelektual yang pernah berkembang di Penyengat,'' ungkap Aswandi Syahri.*** |